PENGGEMUKAN SAPI

Analisa usaha penggemukan sapi pada prinsipnya ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan pengelolaan sebaik-baiknya. Kebutuhan daging sapi di Riau sekitar 156 ekor sehari. Dari jumlah tersebut hanya 50 ekor berasal dari Riau. Yang lainnya berasal dari Sumbar, Lampung dan Palembang. Daerah peternakan sapi di Riau diantaranya di Rohul, Inhu, Kampar dan Siak (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, 2011). Ini merupakan peluang besar yang sebaiknya dimanfaatkan oleh peternak Riau.

A. Penerimaan dari Usaha Penggemukan Sapi

Penerimaan dari usaha penggemukan sapi adalah sapi yang telah digemukkan dan pupuk kandang. Namun pupuk kandang masih belum dimasukkan dalam penerimaan karena peternak menganggap pupuk kandang hampir tidak memiliki nilai ekonomis.

Usaha penggemukan sapi sangat bergantung pada pertambahan bobot badan sapi. Pertumbuhan bobot sapi sangat bergantung pada beberapa factor yakni :

 

1. Jenis sapi.

Sapi luar negeri pada umumnya mempunyai pertambahan bobot yang lebih cepat dari pada sapi lokal (domestic). Akan tetapi sapi luar negeri mebutuhkan pakan yang jauh lbih banyak dari pada sapi lokal.

 

Tabel pertambahan bobot  pada beberapa jenis sapi luar dan dalam negeri.

Jenis Sapi                                                                                            

Pertambahan bobot badan (Kg/hari)

Sapi luar negeri

1

Chorolais

1,32

2

Santa gertudis

1,13

3

Shorton

1,04

4

Hereford

1,04

5

Aberdeen Angus

0,95

6

brahman

0,91

Sapi lokal

1

Ongole

0,81

2

Peranakan Ongole

0,60

3

Sapi  Bali

0,66

4

Sapi Madura

0,60

5

Sapi Aceh

0,45

Sumber  data : Bambang Sunggeng (1992) dan Moran (1979)

2. Umur

Pertumbuhan sapi tercepat pada saat baru lahir hingga masa pubertas (8-10 bulan) hingga fase dewasa, artinya pada face ini pemberian ransum harus maksimal agar pertumbuhan dan penambahan bobot sapi juga maksimal. Pada sapi usia dewasa pertumbuhan semakin menurun dan pemberian ransum sudah tidak efisien lagi. Untuk itu peternak harus mengetahui waktu yang paling tepat untuk penggemukan, lama penggemukan dan waktu penjualan agar tercapai efisiensi ekonomi yang paling tinggi. Sapi luar negri umumnya mengalami fase dewasa pada umur 3 tahun, sedangkan sapi lokal umunya mencapai fase dewasapada umur 4 tahun.

3. Jenis Kelamin.

Sapi jantan pertumbuhannya lebih capat dari pada sapi betina. Oleh sebab itu kebanyakkan peternak penggemukan sapi cenderung meilih sapi jantan sebagai bakalan (bibit sapi).

 

4. Ransum

Sapi yang hanya di beri pakan hijauan, pertumbuhannya tidak maksimal dan lambat. Untuk itu, selain hijauan sapi harus diberi makanan tambahan berupa konsentrat agar pertumbuhannya bisa maksimal.

 

B. BIAYA PRODUKSI

 

Pada usaha penggemukan sapi biaya produksi antara lain :

  • Pembelian sapi bakalan
  • Ransum + hijauan
  • Tenaga kerja
  • Obat-obatan (terutama obat cacing)
  • Penyusutan kandang
  • Penyusutan peralatan
  • Lain-lain

Biaya penyusutan dihitung dengan metode yang paling mudah yaitu metode garis lurus. Pada metode ini penyusutan dianggap sama besarnya dalam tiap waktu, dengan rumus :

 

P =

 

P             = Nilai penyusutan

Hb          = Harga pembelian (Rp)

Hs           = Harga sisa (Rp)

Lp           = Jangka waktu pemakaian

 

Contoh : harga kandang Rp. 3.000.000,-. Setelah 10 tahun di perkirakan tinggal sisa Rp 300.000,-. Dengan demikian jumlah penyusutannya adalah :

 

 

P =  = Rp 270.000,00 /tahun

 

 

C. KEUNTUNGAN

 

Perhitungan keuntungan dapat di uraikan sebagai berikut:

 

1. Penerimaan :

  • Penjualan Sapi                  = S x P2                           = Rp ……………………………………………………
  • Pupuk kandang                                 = SP x HP1            = Rp ……………………………………………………     +

Total                      = Rp ……………………………………………………

 

2. Biaya produksi

  • Pembeian sapi bakalan = S x P1                 = Rp ……………………………………………………
  • Pakan :

– hijauan              = S x Lp x Jp x HP2                   = Rp ……………………………………………………

– konsentrat       = S x Lp x Jp x HP3                   = Rp ……………………………………………………    

  • Tenaga Kerja      = Jk x U x Lp                        = Rp ……………………………………………………
  • Penyusutan kandang                                     = Rp ……………………………………………………
  • Penyusutan peralatan                                   = Rp ……………………………………………………
  • Obat-obatan      = Ju x Ho                              = Rp ……………………………………………………

Total                                      = Rp ……………………………………………………

 

3. keuntungan

 

Kuntungan = Total Penerimaan – total biaya pruduksi = Rp ……………………………………………..

 

 

B/C ratio =

 

Usaha penggemukan baru dikatakan untung apabila B/C ratio > dari 1. Semakin besar B/C ratio menandakan semakin besar keuntungan yang di dapat.

 

Keterangan :

 

S              = Jumlah sapi yang di gemukkan ( ekor )

P2                  = Harga penjualan sapi (Rp/ekor)

HP1             = Harga penjualan kotoran rapi (Rp/Kg)

P1            = Harga pembelian sapi bakalan (Rp/ekor)

Lp           = lama penggemukan (bulan)

Jp            = jumlah pemberian pakan (Kg/ekor/hari)

Hp2         = harga pembelian hijauan  (Rp/Kg)

Hp3             = Harga pembelian konsentrat (Rp/kg)

Jk            = jumlah tenaga kerja (orang)

U             = Upah tenaga kerja (Rp/orang/bulan)

Ju            = jumlah unit obat-obatan

Ho          = Harga Obat-obatan (Rp/unit)

 

 

Referensi :

 

Basya Siregar, Sori, “Penggemukan Sapi”,edisi revisi,2008

 

 

Tinggalkan komentar