Arsip

Monthly Archives: April 2012

Analisa usaha penggemukan sapi pada prinsipnya ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan pengelolaan sebaik-baiknya. Kebutuhan daging sapi di Riau sekitar 156 ekor sehari. Dari jumlah tersebut hanya 50 ekor berasal dari Riau. Yang lainnya berasal dari Sumbar, Lampung dan Palembang. Daerah peternakan sapi di Riau diantaranya di Rohul, Inhu, Kampar dan Siak (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, 2011). Ini merupakan peluang besar yang sebaiknya dimanfaatkan oleh peternak Riau.

A. Penerimaan dari Usaha Penggemukan Sapi

Penerimaan dari usaha penggemukan sapi adalah sapi yang telah digemukkan dan pupuk kandang. Namun pupuk kandang masih belum dimasukkan dalam penerimaan karena peternak menganggap pupuk kandang hampir tidak memiliki nilai ekonomis.

Usaha penggemukan sapi sangat bergantung pada pertambahan bobot badan sapi. Pertumbuhan bobot sapi sangat bergantung pada beberapa factor yakni :

 

1. Jenis sapi.

Sapi luar negeri pada umumnya mempunyai pertambahan bobot yang lebih cepat dari pada sapi lokal (domestic). Akan tetapi sapi luar negeri mebutuhkan pakan yang jauh lbih banyak dari pada sapi lokal.

 

Tabel pertambahan bobot  pada beberapa jenis sapi luar dan dalam negeri.

Jenis Sapi                                                                                            

Pertambahan bobot badan (Kg/hari)

Sapi luar negeri

1

Chorolais

1,32

2

Santa gertudis

1,13

3

Shorton

1,04

4

Hereford

1,04

5

Aberdeen Angus

0,95

6

brahman

0,91

Sapi lokal

1

Ongole

0,81

2

Peranakan Ongole

0,60

3

Sapi  Bali

0,66

4

Sapi Madura

0,60

5

Sapi Aceh

0,45

Sumber  data : Bambang Sunggeng (1992) dan Moran (1979)

2. Umur

Pertumbuhan sapi tercepat pada saat baru lahir hingga masa pubertas (8-10 bulan) hingga fase dewasa, artinya pada face ini pemberian ransum harus maksimal agar pertumbuhan dan penambahan bobot sapi juga maksimal. Pada sapi usia dewasa pertumbuhan semakin menurun dan pemberian ransum sudah tidak efisien lagi. Untuk itu peternak harus mengetahui waktu yang paling tepat untuk penggemukan, lama penggemukan dan waktu penjualan agar tercapai efisiensi ekonomi yang paling tinggi. Sapi luar negri umumnya mengalami fase dewasa pada umur 3 tahun, sedangkan sapi lokal umunya mencapai fase dewasapada umur 4 tahun.

3. Jenis Kelamin.

Sapi jantan pertumbuhannya lebih capat dari pada sapi betina. Oleh sebab itu kebanyakkan peternak penggemukan sapi cenderung meilih sapi jantan sebagai bakalan (bibit sapi).

 

4. Ransum

Sapi yang hanya di beri pakan hijauan, pertumbuhannya tidak maksimal dan lambat. Untuk itu, selain hijauan sapi harus diberi makanan tambahan berupa konsentrat agar pertumbuhannya bisa maksimal.

 

B. BIAYA PRODUKSI

 

Pada usaha penggemukan sapi biaya produksi antara lain :

  • Pembelian sapi bakalan
  • Ransum + hijauan
  • Tenaga kerja
  • Obat-obatan (terutama obat cacing)
  • Penyusutan kandang
  • Penyusutan peralatan
  • Lain-lain

Biaya penyusutan dihitung dengan metode yang paling mudah yaitu metode garis lurus. Pada metode ini penyusutan dianggap sama besarnya dalam tiap waktu, dengan rumus :

 

P =

 

P             = Nilai penyusutan

Hb          = Harga pembelian (Rp)

Hs           = Harga sisa (Rp)

Lp           = Jangka waktu pemakaian

 

Contoh : harga kandang Rp. 3.000.000,-. Setelah 10 tahun di perkirakan tinggal sisa Rp 300.000,-. Dengan demikian jumlah penyusutannya adalah :

 

 

P =  = Rp 270.000,00 /tahun

 

 

C. KEUNTUNGAN

 

Perhitungan keuntungan dapat di uraikan sebagai berikut:

 

1. Penerimaan :

  • Penjualan Sapi                  = S x P2                           = Rp ……………………………………………………
  • Pupuk kandang                                 = SP x HP1            = Rp ……………………………………………………     +

Total                      = Rp ……………………………………………………

 

2. Biaya produksi

  • Pembeian sapi bakalan = S x P1                 = Rp ……………………………………………………
  • Pakan :

– hijauan              = S x Lp x Jp x HP2                   = Rp ……………………………………………………

– konsentrat       = S x Lp x Jp x HP3                   = Rp ……………………………………………………    

  • Tenaga Kerja      = Jk x U x Lp                        = Rp ……………………………………………………
  • Penyusutan kandang                                     = Rp ……………………………………………………
  • Penyusutan peralatan                                   = Rp ……………………………………………………
  • Obat-obatan      = Ju x Ho                              = Rp ……………………………………………………

Total                                      = Rp ……………………………………………………

 

3. keuntungan

 

Kuntungan = Total Penerimaan – total biaya pruduksi = Rp ……………………………………………..

 

 

B/C ratio =

 

Usaha penggemukan baru dikatakan untung apabila B/C ratio > dari 1. Semakin besar B/C ratio menandakan semakin besar keuntungan yang di dapat.

 

Keterangan :

 

S              = Jumlah sapi yang di gemukkan ( ekor )

P2                  = Harga penjualan sapi (Rp/ekor)

HP1             = Harga penjualan kotoran rapi (Rp/Kg)

P1            = Harga pembelian sapi bakalan (Rp/ekor)

Lp           = lama penggemukan (bulan)

Jp            = jumlah pemberian pakan (Kg/ekor/hari)

Hp2         = harga pembelian hijauan  (Rp/Kg)

Hp3             = Harga pembelian konsentrat (Rp/kg)

Jk            = jumlah tenaga kerja (orang)

U             = Upah tenaga kerja (Rp/orang/bulan)

Ju            = jumlah unit obat-obatan

Ho          = Harga Obat-obatan (Rp/unit)

 

 

Referensi :

 

Basya Siregar, Sori, “Penggemukan Sapi”,edisi revisi,2008

 

 

Gambar

Kabupaten Indragiri Hilir memiliki potensi pengembangan peternakan itik mengingat banyaknya ketersedian pakan yang mudah didapat (dedak, bekicot, cacing, ampas tahu, dedak ikan teri). Kebutuhan terhadap produk hasil dari peternakan itik pun terus meningkat dengan menjamurnya rumah makan, dan restoran yang menyajikan menu daging itik dan juga menjamurnya pedagang jamu yang mencampurkan telur itik dalam menyajikan jamu nya.Untuk itu tidak ada salahnya kita mencoba untuk mengembangkan usaha ini di Indragiri Hilir.

Semua diantara kita tentu tahu ternak Itik. Ya, sang unggas petelur yang menghasilkan telur dengan keistimewaan tersendiri. Mampu Berproduksi di Lahan Luas ataupun Sempit. Itik terkenal sebagai unggas petelur yang sangat produktif. Umumnya ada dua pilihan dalam membudidayakannya, yaitu system tradisional (gembalaan) dan system intensif (dikandangkan). Sepintas itik gembalaan terlihat menguntungkan, karena pemeliharaannya tidak membutuhan pakan tambahan. Namun sebenarnya produktivitas itik gembalaan tidak maksimal.

Produksi telur itik gembalaan paling tinggi hanya 50%, sedangkan produksi telur itik dengan system intensif bisa mencapai 80% dan ini berlangsung sepanjang tahun. Karena produksinya maksimal, keuntungan yang diperoleh pun lebih tinggi dibandingkan dengan itik gembalaan.Selain itu, beternak itik secara intensif lebih banyak menghemat air. Pasalnya, air yang diperlukan sebatas untuk minum. Karena itu, usaha ini sangat cocok untuk usaha keluarga. Hanya dengan halaman seluas 5 x 10 m dapat menampung sekitar 200 ekor itik. Modal yang diperlukan pun tidak terlalu besar, terutama jika bibit awal dihasilkan sendiri.

Jadi walaupun biaya pakan yang dikeluarkan cukup banyak, itik juga memberi imbalan setimpal berupa telur setiap hari.Selain itu, itik petelur yang diternak secara intensif tidak membutuhkan pejantan, karena yang dihasilkan itik adalah telur konsumsi, bukan telur tetasan. Namun jika ingin menghasilkan telur tetas untuk bibit, itik harus diberi pejantan dan dilepas ke air agar bisa kawin.Berikut ini beberapa keuntungan lainnya :

1. peternakan dapat dilakukan dimana saja
2. produksi telur lebih tinggi
3. produksi telur lebih stabil karena tidak tergantung musim atau cuaca.
4. masa rontok bulu dapat dipersingkat dan berlangsung serentak
5. pengelolaan dan pengendalian penyakit lebih muda
6. biaya pemeliharaan lebih murah

Banyak jenis itik yang bisa diternakkan, akan tetapi, Paling Banyak Disukai adalah Itik Jawa. Di Indonesia beternak itik telah berlangsung sejak berabad-abad lalu berbarengan dengan masuknya agama Hindu dan Budha. Diduga itik berasal dari India dan masuk ke Jawa saat kejayaan Wngsa Syailendra. Selanjutnya itik-itik tersebut berkembang dan melahirkan kelompok-kelompok itik lokal seperti itik tegal, itik mojosari, dan itik magelang. Ketiganya lazim disebut dengan itik Jawa. Jenis ititk jawa bermacammacam, ada yang disebut itik branjangan, itik lemahan, itik jarakan, itik putihan, itik blorong, itik jalen, itik irengan, itik jawi, itik bosokan, itik gambiran, dan itik kalung. Berikut ini adalah keistimewaan dari masing-masing itik :

1. Branjangan memiliki bulu coklat muda, dihiasi dengan lurik hitam seperti burung branjangan. Sangat disukai peternak karena kemampuan bertelurnya stabil, rata-rata 200 butir pertahun.
2. Lemahan berbulu cokelat muda sampai abu-abu, lurik cokelat. Bertelur 200 butir pertahun.
3. Jarakan, berbulu merah tua atau cokelat muda, lurik berwarna hitam kecoklatan. Bertelur 200 butir pertahun.
4. Putihan, berbulu putih mulus. Paruh dan kakinya kuning jingga. Bertelur 150 butir pertahun.

Faktor-faktor yang Menentukan Kelayakan Kandang
Kandang untuk pemeliharaan itik harus nyaman dan aman, abik itu untuk ternak maupun peternaknya. Lokasi KandangLokasi kandang yang ideal untuk bididayaitik adalah jauh dari kebisingan, berdrainase baik, mudah transportasinya, dan mudah mendapatkan air bersih.Selain itu, dalam pemeliharaan itik diperlukan sarana dan prasarana pendukung agar itik mampu berproduksi tingg, mudah pengelolaannya, dan mudah dikontrol kesehatannya. Pasalnya, perkandangan adalah sarana utama dalam budidaya secara intensif. Itik yang bisa beristirahat dengan tenang, produktivitasnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan itik yang berada di keramaian.Berikut ini aneka tip yang bisa dilakukan agar itik merasa nyaman dalam kandang :

1. buatlah bentuk atap yang mampu menahan tampias air hujan dan terik matahari.
2. bangunan kandang sebaiknya membujur dari timur ke barat.
3. model atap kandang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi timbulnya bau dan panas agar itik terhindar dari serangan penyakit.
4. luas kandang cukup memadai untuk peternakan.
5. tempat minum diletakan agak ke dalam, sehngga itik dapat mencelupkan kepalanya sewaktu-waktu.
6. bahan baku berupa genteng, asbes, plastik atau rumbia (paling disukai).
7. tinggi atap kandang 2,5-3 m dari lantai, agar peternak mudah mengontrol itik.

Ukuran Kandang.
Kandang disesuaikan dengan jumlah itik yang akan dipelihara dan lahan yang tersedia. Satu ekor itik dewasa, cukup diberi tempat 0,25 m2 , atau seukuran 50 x 50 cm. Berarti membudidayakan 60 ekor itik, perlu disediakan lahan seluas 3 x 5 m atau 15 m2 . Jumlah ini berdasarkan angka luas tanah dalam meter dikalikan empat. Rumusnya, panjang tanah (m) x lebar (m) x 4 ekor itik = jumlah ekor itik yang bisa dipelihara. Bila ukuran kandang yang dibutuhkan cukup luas, perlu diberi sekat yang terbuat dari bambu atau kayu setinggi 50-60 cm. Penyekatan dimaksudkan untuk mempermudah kontrol pakan dan kesehatan serta membatasi ruang gerak itik. Paslanya energi yang dihimpun dari pakan semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk memproduksi telur.Untuk menjamin lancarnya sirkulasi udara, diantara ruang pelataran dan istrirahat dbuat terbuka. Hal ini penting, karena dalam ruangan tertutup, gas yang timbul akibat timbunan kotoran ikut seperti NO2 , SO2 , CO, CO2 , dan H2S dapat mengganggu kesehatan itik.Sementara itu, alas lantai bisa terbuat dari campuran jerami, sekam, serbuk gergaji, atau rumput kering. Untuk mempertahankan kondisi kandang, sebaiknya tanah dikapuri sebelum diberi alas. Tujuannya untuk mencegah penyakit dan mengurangi bau kotoran itik. Dengan cara ini, kandang bisa dibersihkan total setelah dua tahun dipakai. Cara lain untuk mengantisipasi penyakit adalah dengan menyemprotkan larutan formalin 5% ke tanah.

Konstruksi Bangunan dan Lantai Kandang.

Beberapa perlengkapan kandang yang diperlukan :
• tempat air minum
• tempat pakan
• alat pemanas DOD sampai umur 2 minggu
• alat kebersihan

Karena itik mempunyai kebiasaan makan sambil minum dan menciprat-cipratkan air, sebaiknya tempat makan dan minum dipisah agar pakan tidak tergenang air. Lubang tempat air minum dibuat pas dengan kepala itik dan diletakkan agak tinggi.Bentuk kandang yang paling banyak digunakan adalah kandang ren. Kandang ren merupakan kandang yang sebagian ruangannya tertutup atap dan sebagian lagi dibiarkan terbuka, kemudian dibatasi dengan pagar keliling. Ruang tertutup berfungsi sebagai tempat istirahat dan bertelur itik, sedangkan ruang yang terbuka berguna untuk tempat bermain.

• Lantai Litter
Kandang sistem litter cocok diterapkan di lingkungan yang berpasir, tanah yang mudah menyerap aiar atau bangunan kendang yang langsung beralaskan tanah. Keuntungan menggunakan lantai litter adalah biaya kandang bisa lebih dihemat. Liiter harus selalu kering.
• Lantai Slat
Lantainya berbentuk panggung, terbuat dari papan, belahan bambu, atau kawat kasa. Dengan begitu, kotoran bisa langsung jatuh ke tanah, sehingga lantai tetap terjaga kebersihannya. Kelemahannya adalah biaya yang dibutuhkan cukup besar.
• Lantai Umbaran
Disebut juga playangan (tempat bermain) bisa berupa tanah biasa, beralas semen, hamparan pasir atau batu-batu. Fungsinya sebagai tempat umbaran atau pengganti padang gembalaan.

Sistem Basah atau Kering
Pada dasarnya ada dua cara yang bisa digunakan dalam beternak itik secara intensif yaitu sistem basah dan sistem kering. Sistem basah merupakan pembudidayaan yang menyediakan cukup air di dalam kandang untuk aktivitas itik, seperti untuk berenang, mandi, minum dan membantu proses perkawinan. Sistem basah cocok untuk beternak dengan tujuan menghasilkan telur tetas. Namun jarak antara ruang istirahat dan kolam di ruang terbuka jangan terlalu sempit. Minimum berjarak 2-3 m. Tujuannya agar lantai litter tidak cepat basah, karena itik yang bermain-main di kolam sering keluar masuk kandang.Sistem kering adalah pembudidayaan yang menyediakan air di dalam kandang hanya untuk minum atau sekedar cuci muka itik. Dengan sistem kering, itik dapat berproduksi secara optimal karena energi yang diperoleh dari ransum sepenuhnya untuk memproduksi telur. Sistem ini hanya untuk memproduksi telur.

Sistem ini hanya cocok untuk menghasilkan telur konsumsi. Perwatan KandangUntuk mencegah timbulnya penyakit dan mengurangi bau tak sedap, sebaiknya kandang dibersihkan setiap hari. Karena itu, lantai kandang yang terbuat dari semen hendaknya dibuat agak miring, tujuannnya untuk mempermudah sewaktu kandang dibersihkan. Selain itu, lantai litter tempat itik tidur atau bertelur harus diaduk atau dibalik-balik minimum seminggu sekali.Jika menggunakan sistem basah, sebaiknya menggunakan air yang mengalir.Binatang liar dan orang yang tidak berkepentingan tidak dperkenankan masuk.

Peneliti:
Dr.Ir. Erina Riak Asie, MP

I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dengan mempertimbangkan tren perkembangan populasi, kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi maka akan terjadi peningkatan kebutuhan terhadap tanaman hortikultura, khususnya buah-buahan. Salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi prioritas dan perlu mendapat perhatian adalah tanaman melon (Cucumis melo L.). Tanaman melon termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya dalam peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja.
Melon kini berkembang sebagai komoditas agribisnis. Melon memiliki nilai ekonomi dan prospek yang cukup besar dalam pemasarannya namun memerlukan penanganan intensif dalam budidayanya. Komoditas ini diminati oleh masyarakat dan mempunyai harga yang relatif tinggi baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan akan melon bagi masyarakat Palangka Raya masih harus didatangkan dari luar kota. Jika melihat potensi lahan yang tersedia di kota Palangka Raya dan sekitarnya, sangat memungkinkan untuk budidaya tanaman melon. Namun demikian,
karena tanaman melon masih tergolong jenis tanaman yang relatif baru menyebabkan pengetahuan petani tentang teknik budidaya melon yang baik dan benar masih terbatas sehingga masih sangat sedikit petani yang mengusahakan tanaman ini.
Wilayah kota Palangka Raya dan sekitarnya memiliki beberapa jenis tanah. Salah satu jenis tanah yang banyak terdapat di kawasan tersebut adalah lahan gambut. Dengan penerapan teknologi budidaya, lahan gambut yang relatif dekat perkotaan atau memiliki akses yang baik, berpotensi untuk dikelola menjadi lahan yang produktif untuk budidaya tanaman buah semusim yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti melon.
Bertani di lahan gambut harus dilakukan secara hati-hati karena menghadapi banyak kendala antara lain kematangan dan ketebalan gambut yang bervariasi, penurunan permukaan gambut, rendahnya daya tumpu, rendahnya kesuburan tanah, dan pH yang sangat masam. Selama ini, untuk mengatasi kendala kesuburan lahan gambut pada umumnya dilakukan pemberian abu bakaran gambut, kapur dan pemberian pupuk kimia. Penggunaan abu bakaran gambut sebagai amelioran sangat tidak dianjurkan karena jika dilakukan terus menerus gambut akan menipis sehingga fungsi gambut sebagai pengatur air/hidrologi, sarana konservasi keanekaragaman hayati serta sebagai penyerap dan penyimpan karbon yang mampu meredam
perubahan iklim global akan berkurang. Dari hasil-hasil penelitian disimpulkan bahwa salah satu kegiatan pertanian yang memberikan kontribusi yang nyata bagi rusaknya ekosistem gambut adalah kegiatan pembukaan lahan gambut dengan cara bakar. Pembukaan lahan gambut dengan cara bakar, menjadi faktor penyebab kerusakan lahan gambut yang cukup signifikan.
Selain itu, pemakaian pupuk kimia dengan dosis tinggi secara terus menerus dapat merusak struktur tanah dan menimbulkan pencemaran, baik terhadap lahan pertanian maupun lingkungan, sehingga menyebabkan produktivitas lahan semakin merosot. Pertanian yang hanya bertumpu pada pemakaian pupuk kimia, selain memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi, juga memberikan dampak negatif berupa penurunan kualitas tanah serta pemborosan energi. Dalam era lingkungan dan globalisasi, orientasi pengembangan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi secara berkelanjutan (mempertahankan kualitas lahan dan lingkungan) denga cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian sehingga pemakaian pupuk kimia dapat dikurangi.
Alternatif mempertahankan dan meningkatkan kesuburan lahan gambut serta menghindarkan dampak negatif penggunaan abu bakaran gambut dan pupuk kimia antara lain dengan memadukan penggunaan

limbah-limbah pertanian sebagai amelioran dan penanaman varietas-varietas adaftif serta pemanfaatan pupuk organik.
Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang budidaya tanaman melon di lahan gambut dengan teknik budidaya inovatif, yaitu memadukan beberapa teknik budidaya ramah lingkungan seperti pembukaan lahan tanpa bakar, pengolahan tanah minimum (minimum tillage), pemanfaatan gambut hanya sebagai sarana pendukung atau sebagai wadah/pot bagi tanaman, pemanfaatan limbah pertanian seperti abu serbuk gergaji dan pupuk kandang sebagai amelioran sehingga dapat mengurangi penggunaan kapur, pemberian amelioran hanya pada lubang tanam untuk efisiensi dan penggunaan pupuk organik padat (POP) untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik serta menananam varietas adaptif.
1. 2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari kegiatan pengembangan tanaman melon di lahan gambut adalah :
(1) Mencari alternatif pemanfaatan lahan gambut tidur yang berada di sisi –sisi jalan menjadi lahan produktif sehingga mengurangi tingkat kebakaran lahan.
(2) Memberikan contoh kepada masyarakat lokal tentang budidaya melon ramah lingkungan.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Mendukung program pemerintah dalam upaya melaksanakan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan.
b. Memotivasi masyarakat sekitar untuk memanfaatkan gambut menjadi lahan yang produktif dengan mengusahakan tanaman bernilai ekonomis tinggi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan Berdasarkam hasil uji coba yang telah diuraikan, disimpulkan bahwa dalam upaya pengembangan budidaya tanaman melon pada lahan gambut melalui penerapan sistem pertanian berwawasan lingkungan maka sistem budidaya inovatif, yaitu sistem budidaya yang menggunakan tanah gambut hanya sebagai sarana pendukung atau sebagai wadah berpengaruh positf bagi pertumbuhan dan hasil tanaman melon varietas Action 434. Hal itu didukung oleh berbagai hal sebagaimana tercantum dalam butir-butir di bawah ini. 1. Abu serbuk gergaji dan pupuk organik padat Powernasa secara sinergis dapat meningkatkan panjang tanaman dan bobot buah per tanaman. Panjang tanaman terpanjang dan bobot buah terberat diperoleh pada pemberian abu serbuk gergaji dengan dosis 22,5 ton ha-1 dan pemberian pupuk organik padat Supernasa dengan dosis 15 kg ha-1, masing-masing 149,0 cm dan 1166,7 g per tanaman. 2. Dosis pupuk kalium dan pupuk organik padat Powernasa yang memberikan pertumbuhan dan hasil yang baik masing-masing adalah 250 kg ha-1 dan 15 kg ha-1 menghasilkan panjang tanaman 135,3 cm dan bobot buah 1530,0 g per tanaman.
3. Varietas Action 434 mempunyai daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Mai 116 dan Ladika. Jenis mulsa yang berpengaruh positif bagi pertumbuhan dan hasil tanaman melon adalah mulsa plastik perak.
4. Pupuk organik padat Supernasa dan kombinasi pupuk N, P, K yang diberikan bervariasi dosis secara sinergis dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Dosis pupuk organik padat Supernasa dan kombinasi pupuk N, P, K yang memberikan hasil tertinggi masing masing 10 kg ha-1 dan kombinasi N, P, K (250 kg ha-1 urea : 450 kg ha-1 SP 36 : 250 kg ha-1 KCl) dengan bobot buah 2733,3 g per tanaman.
5. Pemberian pupuk kotoran ayam bersama pupuk organik padat Supernasa memberikan pengaruh positif terhadap panjang tanaman dan bobot buah per tanaman. Bobot buah terberat diperoleh pada pemberian pupuk kotoran ayam dengan dosis 22,5 ton ha-1 dan pemberian pupuk organik padat Supernasa 10 kg ha-1, yaitu 2650,0 g per tanaman.
6. Bobot buah per tanaman yang diperoleh pada uji coba menggunakan sistem tanam dengan bedengan belum mampu mencapai potensi rata-rata varietas yang diuji cobakan. Varietas Ladika memiliki potensi rata-rata 1800 – 2000 g, Mai 116 rata-rata 2500 g, dan varietas Action 434

memilki potensi rata-rata 2000 – 2500 g. Bobot buah terberat yang diperoleh pada sistem bedengan hanya 1530,0 g. Sedangkan bobot buah terberat yang diperoleh pada uji coba menggunakan sistem budidaya inovatif sudah mampu mencapai rata-rata potensi hasil varietas Action 434, yaitu 2650,0 g dan 2733,3 g.
5.2. Saran
1. Untuk pengembangan tanaman melon di lahan gambut, dianjurkan menerapkan sistem budidaya inovatif dengan menggunakan varietas Action 434 bersama pemberian pupuk kotoran ayam, pupuk organik padat Supernasa dan kombinasi pupuk N,P,K dengan dosis masing-masing 22,5 ton ha-1, 10 kg ha-1, dan kombinasi N, P, K (250 kg ha-1 urea : 450 kg ha-1 SP 36 : 250 kg ha-1 KCl).
2. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa lama pengaruh residu amelioran yang diberikan dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman melon di lahan gambut.
3. Untuk meningkatkan kualitas pupuk kotoran ayam sebagai sumber bahan organik dapat dilakukan melalui pengomposan dengan menambahkan sumber bahan organik lain dan bahan campuran lainnya.

memilki potensi rata-rata 2000 – 2500 g. Bobot buah terberat yang diperoleh pada sistem bedengan hanya 1530,0 g. Sedangkan bobot buah terberat yang diperoleh pada uji coba menggunakan sistem budidaya inovatif sudah mampu mencapai rata-rata potensi hasil varietas Action 434, yaitu 2650,0 g dan 2733,3 g. 5.2. Saran 1. Untuk pengembangan tanaman melon di lahan gambut, dianjurkan menerapkan sistem budidaya inovatif dengan menggunakan varietas Action 434 bersama pemberian pupuk kotoran ayam, pupuk organik padat Supernasa dan kombinasi pupuk N,P,K dengan dosis masing-masing 22,5 ton ha-1, 10 kg ha-1, dan kombinasi N, P, K (250 kg ha-1 urea : 450 kg ha-1 SP 36 : 250 kg ha-1 KCl). 2. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa lama pengaruh residu amelioran yang diberikan dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman melon di lahan gambut. 3. Untuk meningkatkan kualitas pupuk kotoran ayam sebagai sumber bahan organik dapat dilakukan melalui pengomposan dengan menambahkan sumber bahan organik lain dan bahan campuran lainnya.

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.